maka cinta membawamu
menyirami pohon kebenaran
di bumi kehidupan
Saturday, September 25, 2010
puisi 2
dan cahaya bulan yang menerobos dinding atmosfir itupun paham keharuanmu
memahami
akan rasa
air
angin
tanah
cahaya
dan suara
memahami
akan rasa
air
angin
tanah
cahaya
dan suara
Friday, September 17, 2010
Wednesday, September 15, 2010
untuk sebuah pertanyaan yang hadir di negeri ini
terbukalah lembar waktu
membuka peta untai tanya
di mana arah suara adalah nurani kita
mungkin tualang fikir seputar kenaifan
akan alpa diri pada kejujuran
o kesejukan, yang tumpah dari kelembutan hatimu, kau naikkan dimensi mata
memutihkan tangan bocah bocah kecil berbaju dekil
membeningkan matanya dari sepuhan cahaya rembulan
yang berlarian di lorong lorong perjalanan nasibnya
mereka anak anak merdeka negeri merdeka
yang tersapih catatan bendahara negara
mereka hanya tinggal di tepian pentas argumen kata berbusa negeri ini
mereka hadir di kebun makalah seminar
mereka jadi bintang di podium podium diskusi
yang ternyata tersesat di hutan realita
ketlisut area bermainnya
ketlisut gedung sekolahnya
ketlisut ayah bundanya
mereka menjadi makhluk gaib yang terjepret kamera media
tak tercatat dokumentasi sensus desa
di simpul birokrasi manakah kesalahannya
di lensa percabangan atau reranting undang undang manakah letak kekeliruannya
(padahal mereka salah satu kepercayaan hati nurani yang punya hak pengabdian
sebagai bagian bangunan rumah negeri ini)
dan pertanyaan pun mengalir di negeri ini
tahun tahun berkelebatan
angin terus berhembus di hujan dan kemarau
menjadi saksi bencana demi bencana
dan kepedulian itu nyaris tinggal serupa fenomena semu belaka .....
membuka peta untai tanya
di mana arah suara adalah nurani kita
mungkin tualang fikir seputar kenaifan
akan alpa diri pada kejujuran
o kesejukan, yang tumpah dari kelembutan hatimu, kau naikkan dimensi mata
memutihkan tangan bocah bocah kecil berbaju dekil
membeningkan matanya dari sepuhan cahaya rembulan
yang berlarian di lorong lorong perjalanan nasibnya
mereka anak anak merdeka negeri merdeka
yang tersapih catatan bendahara negara
mereka hanya tinggal di tepian pentas argumen kata berbusa negeri ini
mereka hadir di kebun makalah seminar
mereka jadi bintang di podium podium diskusi
yang ternyata tersesat di hutan realita
ketlisut area bermainnya
ketlisut gedung sekolahnya
ketlisut ayah bundanya
mereka menjadi makhluk gaib yang terjepret kamera media
tak tercatat dokumentasi sensus desa
di simpul birokrasi manakah kesalahannya
di lensa percabangan atau reranting undang undang manakah letak kekeliruannya
(padahal mereka salah satu kepercayaan hati nurani yang punya hak pengabdian
sebagai bagian bangunan rumah negeri ini)
dan pertanyaan pun mengalir di negeri ini
tahun tahun berkelebatan
angin terus berhembus di hujan dan kemarau
menjadi saksi bencana demi bencana
dan kepedulian itu nyaris tinggal serupa fenomena semu belaka .....
Subscribe to:
Posts (Atom)